Abu
Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami
sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana
yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau
menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.”
Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]
“Kota
Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya
adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya
adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hambal Al-Musnad 4/335]
Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atauConstantinople yang
kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik
gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat
peradaban. Constantine The Greatmemilih
kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan
strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun
di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik
terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi
geopolitik saat itu.
Yang
mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars,
Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab-Muslim dan Pasukan Salib meskipun
misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin
menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga
atas kepercayaan kepada hadits Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di
atas.
Upaya pertama dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 668 M, namun gagal dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub Al-Anshari ra.
gugur. Sebelumnya Abu Ayyub sempat berwasiat jika ia wafat meminta
dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim. Dan para
sahabatnya berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi
tembok benteng Konstantinopel di wilayah Golden Horn.
Generasi berikutnya, baik dari kekhalifahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah hingga Turki Utsmani pada masa pemerintahan Murad II ayah Muhammad II juga gagal menaklukkan Byzantium. Salah satu peperangan Murad II di wilayah Balkan adalah melawan Vlad Dracula, seorang tokoh Crusader (Perang Salib) yang bengis dan sadis (Dracula
karya Bram Stoker adalah terinsipirasi dari tokoh Vlad Dracula ini,
Insya Allah tokoh Dracula akan dibahas dalam Postingan berikutnya).Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi, hingga anak Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta Turki Utsmani.
Sejak Sultan Murad I, Turki Utsmani dibangun dengan kemiliteran yang canggih, salah satunya adalah dengan dibentuknya pasukan khusus yang disebut Yanisari. Dengan pasukan militernya Turki Utsmani menguasasi sekeliling Byzantium hingga Constantine merasa terancam, walaupun benteng yang melindungi –bahkan dua lapis– seluruh kota sangat sulit ditembus, Constantine pun meminta bantuan ke Roma, namun konflik gereja yang terjadi tidak menelurkan banyak bala bantuan.
Dalam
sejarah, Islam pernah menaklukkan benua Eropa. Siapa sangka salah satu
dari Panglima Perang saat itu adalah seorang pemuda yang sangat saleh,
berusia 21 tahun, yang bernama Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 1432 –
3 Mei 1481) . Ia merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang
menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang
ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21
tahun. Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah
Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan
Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di
'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).
Usaha Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel
Istanbul
atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu Bandar
termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam
khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah
sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini
didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I.
Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika
umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah
Shallallahu ''Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar
gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti
dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam pada perang
Khandaq.
Para
khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan
Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu''awiyah
bin Abi Sufyan Radhiallahu ''Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya
yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman
pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui
kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H.
Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel
diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia)
terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072
M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun
463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk
di bawah pengaruh Islam Seljuk.
Awal
kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama
Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk
menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildirim
Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang
ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium
menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi,
usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan
serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.
Selepas
Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah,
semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan
itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk
meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil
dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi
pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah
dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II
tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih
(Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.
Semenjak
kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya
menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang
pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan
keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika
beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan
menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan
Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia
dididik secara intensif oleh para ''ulama terulung di zamannya. Di zaman
ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma''il
Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad
II telah menghantar beberapa orang ''ulama untuk mengajar anaknya
sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia
menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk
memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
Waktu
bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh
Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh
Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas
setelah itu dia terus menghafal Al-Qur''an dalam waktu yang singkat. Di
samping itu, Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi
Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad
ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur''an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi
dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.
Syeikh
Aaq Syamsudin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang
yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam di dalam
hadits pembukaan Kostantinopel.
Hari
Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq
Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha
merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng
kota tersebut. Dengan berbekal 250.000 ribu pasukan dan meriam
-teknologi baru pada saat itu- Para mujahid lantas diberikan latihan
intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu
''Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan
Islam.
Muhammad
II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan
penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir
yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan
kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani
Giustiniani dari Genoa.
Setelah
proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih
tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6
April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu
berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan
niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia
juga membacakan ayat-ayat Al-Qur''an mengenainya serta hadis Nabi
Shallallahu ''Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini
semua memberikan semangat yang tinggi pada Bala tentera dan lantas
mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa
Ta'ala.
Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II atau disebut juga Mehmed II bersama gurunya, syaikh Aaq Syamsudin, beserta pasukannya dibawah komando Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan
penyerangan ke Byzantium dari berbagai penjuru benteng kota tersebut.
Dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam buatan Urban –teknologi
baru pada saat itu–Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk Islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai atau perang. Constantine XI Paleologus menjawab tetap mempertahankan kota dengan dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.
Kota
dengan benteng 10m-an tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi
luar benteng pun dilindungi oleh parit 7 m. Dari sebelah barat melalui
pasukan altileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan
laut Marmara pasukan laut harus
berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur
armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah
dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak
bisa lewat.
Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Konstantinople atau Byzantium tak
bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah pasukan Constantine mampu
mempertahankan celah tersebut dan dengan cepat menumpuk kembali hingga
tertutup. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah
benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal. Hingga
akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam semalam.
Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang
sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu memindahkan
kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya
dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah selat Golden Horn.
Sultan
Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng
Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana
di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada
27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras
membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Mereka
memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari
Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453
M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah
komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan
dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di
lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari.
29 Mei, setelah sehari istirahat perang Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian Army di lapis kedua dan terakhir pasukan Yanisari.
Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah
tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya
Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama
pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri
meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri
lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan
gugur di peperangan.
Hingga
akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu
semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk
Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu
dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai
penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah
Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik
ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang
terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri).
Konstantinopel
telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia
Sophia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua
penduduk, siapapun, baik Islam, Yahudi ataupun Kristen. Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.
Makanya karena prestasinya menaklukkan Konstantinopel, Muhammad II kemudian mendapat gelar “Al-Fatih”. Artinya “Sang Pembebas”. Barangkali karena para pelaku sejarah sebelumnya tidak pernah berhasil melakukannya, meski telah dijanjikan nabi SAW.
Namun orang barat menyebutkan The Conqueror, artinya Sang Penakluk. Ada kesan bila menggunakan kata “Sang Penakluk” bahwa beliau seolah-olah penguasa yang keras dan kejam. Padahal gelar yang sebenarnya dalam bahasa arab adalah Al-Fatih. Berasal dari kata: fataha – yaftahu. Artinya membuka atau membebaskan.
Kata ini terkesan lebih santun dan lebih beradab. Karena pada
hakikatnya, yang beliau lakukan bukan sekedar penaklukan, melainkan
pembebasan menuju kepada iman dan Islam.
Toleransi
tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota
tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah
–terutama sekolah untuk kepentingan administratif kota– secara gratis,
siapa pun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun
pasar, membangun perumahan, bahkan rumah diberikan gratis kepada para
pendatang yang bersedia tinggal dan mencari nafkah di reruntuhan kota Konstantinople atauByzantium tersebut. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi nama Islambul yang berarti“Kota Islam”. Tapi kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal menjadi Istanbul. Dan pencarian makam Abu Ayyub sahabat Nabi dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan.
Dan kini Hagia Sophia yang megah berubah fungsi menjadi museum. Jika sahabat semua berkesempatan ke Turki singgahlah kesini.
Kejayaannya
dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan
kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya
yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan
tenteranya. Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi
Islambul (Islam keseluruhannya) . Kini nama tersebut telah diganti oleh
Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya,
Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.
Kejayaan
dan kesuksesan hidup ia telah raih di usia yang begitu muda. Ia-pun
dikenang jutaan manusia sepanjang abad. Harum nama Sultan Al Fatih
diperoleh berkat keshalehan, keberanian dan kemuliaan akhlaknya. Sebagai
jenderal beliau memimpin laskar islam menaklukkan benteng terkuat
imperium Byzantium , Konstantinopel. Kota ini diubahnya menjadi kota
Istambul. Dari sini beliau menebarkan kasih sayang islam di bumi eropa.
Apa
rahasia dibalik semua kesuksesan beliau? Ternyata rahasianya beliau
sangat kuat shalat malamnya yaitu tahajud. Bukankah Rasulullah saw SAW
menegakkan shalat tahajud sepanjang malam dan setiap hari? Bukankah
beliau Rasulullah saw SAW shalat tahajud merupakan kewajiban yang tak
bisa beliau tinggalkan dalam setiap perjuanganya.
Jika
anda bertanya, apakah benar Muhammad Al Fatih sudah melakukan tindakan
besar yang megubah sejarah peradaban dunia? Ya, dalam sejarah, hal ini
tidak aneh. Bukankah sahabat Rasulullah saw SAW bernama Usamah juga
menjadi panglima perang dalam usia 18 tahun. Sementara yang menjadi
prajuritnya adalah Umar bin Khatab sahabat Rasulullah saw SAW yang waktu
itu sudah tua. Ini menunjukkan betapa kualitas keimanan dan kekuatan
ruhani Usamah menjadi salah satu ukuran yang dipertimbangkan Rasulullah
saw SAW ketika menetapkan Usamah memimpin ekspedisi militer menghadapi
kekuatan super power Romawi?
Namun
Sang Pedang Malam, orang asia bernama Muhammad Al Fatih merontokkan
super power Romawi pada 1453, agak unik. Beliau ahli shalat malam
(tahajud), ahli qiyamul lail. Beliau selau kontak dengan energi terbesar
di alam semesta ini, Allah SWT. Beliau selalu taqarrub, mendekatkan
diri kepada Allah SWT, Pemilik dan Penguasa Tunggal Alam semesta.
Sejak
kecil Sultan Muhammad Al Fatih dididik oleh seorang wali. Beliau tumbuh
menjadi remaja yang memiliki kepribadian unggul. Beliau jadi Sultan,
dalam usia 19 tahun menggantikan sang ayah.
Bagaimana
sifat Sultan Muhammad Al Fatih sehingga beliau mampu memetik
keberhasilan dalam hidupnya dengan sangat efektif, merebut benteng
Konstantinopel yang kokoh itu. “sifatnya tenang, berani, sabar
menanggung penderitaan, tegas dalam membuat keputusan dan mempunyai
kemampuan mengawasi diri (self control) yang luar biasa. Kemampuanya
dalam memimpin dan mengatur pemerintahan sangat menonjol.”
Sultan
Muhammad Al Fatih sangat tegas terhadap musuh. Namun, lembut qolbunya
bagai selembar sutra dalam menghadapi rakyat yang dipimpinnya. Kebiasaan
Sultan Muhammad Al Fatih, unik. Beliau selalu berkeliling di malam
hari, memeriksa kondisi teman dan rakyatnya. Sengaja beliau berkeliling
untuk memastikan agar rakyat dan kawan-kawanya menegakkan shalat malam
dan qiyamullail.
Qiyamul
lail, shalat tahajud, inilah senjata utama Muhammad Al Fatih dalam
mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini. Inilah Pedang Malam, yang
selalu diasahnya dengan tulus ikhlas dan khusuk, ditegakkan setiap
malam. Dengan pedang malam ini timbul energi yang luar biasa dari
pasukan Muhammad Al Fatih. Sjarah mencatat Muhammad Al Fatih yang baru
berusia 21 tahun berhasil menggapai sukses besar, menerobos benteng
Konstantinopel, setelah dikepung beberapa bulan maka takluklah
Konstantinopel.
Suatu hari timbul soal ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota itu.
“Siapakah
yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak ada jawaban. Tak ada yang
berani yang menawarkan diri ! lalu Muhammad Al Fatih tegak berdiri.
Beliau meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri.
Kemudian
beliau bertanya. “ Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak
akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan meninggalkan shalat
wajib lima waktu, silakan duduk!!” Subhanalloh……!!! Maha suci Allah !
tak seorangpun pasukan islam yang duduk. Semua tegak berdiri. Apa
artinya? Itu berarti, tentara islam pimpinan Muhammad Al Fatih sejak
masa remaja mereka hingga hari ini, tak seorangpun yang meninggalkan
shalat fardhu. Tak sekalipun mereka melalaikan shalat fardhu. Luar
biasa…..!!!!! !
Lalu
Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak
baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib?
Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan
duduk!!!”. Sebagian lainya segera duduk. Artinya, pasuka islam sejak
remaja mereka ada yang teguh hati, tidak pernah meninggalkan shalat
sunah setelah maghrib, dua roka’at sebelu shubuh dan shalat rowatib
lainya. Namun ada yang pernah meninggalkanya. Betapa kualitas karakter
dan keimanan mereka sebagai muslim sungguh bernilai tinggi, sungguh
jujur, pasukan islam Al Fatih.
Dengan
mengedarkan matanya ke seluruh rakyat dan pasukanya Muhammad Al Fatih
kembali berseru lalu bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak masa
akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di
kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja,
silakan duduk!!”
Apa
yang terjadi…???? Terlukislah pemandangan yang menakjubkan sejarawan
barat dan timur. Semua yang hadir dengan cepat duduk!!” Hanya ada
seorang saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia??? dialah, Sultan
Muhammad Al Fatih, sang penakluk benteng super power Byzantium
Konstantinopel. Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat jumat hari
itu. Karena hanya Al Fatih seorang yang sejak remaja selalu mengisi
butir-butir malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah SWT, tidak
pernah kosong/absen semalampun.
Dalam
sejarah ditulis, bahwa pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota
Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M.
Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah
mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan
harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dia juga
membacakan ayat-ayat Al-Qur'an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua
memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka
menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa
Ta'ala.
Sultan
Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng
Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana
di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada
27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras
membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka
memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari
Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453
M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya
meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara
Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu
Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak
kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara
Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
Sejak
abad kedelapan sahabat Rasulullah saw berusaha merebut benteng ini.
Salah satunya Abu Ayyub Al Anshari namun gagal. Baru setelah enam abad
kemudian benteng itu berhasil direbut dibawah pimpinan Muhammad Al
Fatih.Karena jasanya inilah beliau diberi gelar Al Fatih (sang pembuka)
yaitu membuka kota Byzantium yang dulunya adalah Konstantinopel. Beliau
adalah seorang pemberani, ahli strategi militer, juga istiqomah dalam
shalat tahajudnya.
Itulah
sebuah kisah sejarah yang sungguh indah dalam bungkai ketakwaan kepada
Allah SWT. Kisah Pedang Malam yang merupakan rahasia sukses dari seorang
pribadi penggubah sejarah, bernama Muhammad Al Fatih, orang asia asal
Turki, yang baru berusia 21 tahun. Shalat Tahajud merupakan modal yang
sangat penting untuk membangun kekuatan ruhiyah dalam kesuksesan Al
Fatih dikemudian hari. Sehingga islam jaya, berpendar-pendar cahayanya
selama 500 tahun di bumi eropa sejak abad ke-15. Semuanya berasal dari
Pedang Malam Al Fatih yang amat begitu luar biasa.
Keberadaan
Muhammad Al-Fatih telah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang
menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di
bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal
Al-Musnad 4/335].
Dalam
hadist lain diriwayatkan, :”Aku mendengar baginda Rasulullah S.A.W
mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut
& aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa
sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti
yang telah diisyaratkan oleh baginda" (Abu Ayyub al-Anshari)
Maasyaa Allah, Luar biasa……Sultan Muhammad Al Fatih (Sang Pembuka)……!!!!
Ya
Allah, aku bermohon pada-Mu agar Engkau jadikan kami dan sahabat kami
semua yang membaca artikel ini semua, menjadi ahli Tahajjud, ahli
Qiyamul lail, seperti halnya Rasulullah dan Keluarganya, sahabatnya dan
seperti Si Pedang Malam, Sultan Muhammad Al Fatih. Amiin.
Komentar
Posting Komentar