Nama
beliau Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Umar bin Ali bin
Yusuf bin Ahmad bin Umar Al-Diba`i As-Syaibaniy. kata ” Diba`” adalah
julukan (laqob) kakeknya yang bernama Ali bin Yusuf Diba` yang dalam
bahasa Sudan berarti putih.
Beliau dilahirkan
di kota Zabid (Zabid (salah satu kota di Yaman Utara) pada sore hari
Kamis 4 Muharram 866 H.) Kota ini sudah dikenal sejak masa hidupnya Nabi
Muhammad SAW., tepatnya pada tahun ke 8 Hijriyah. Dimana saat itu
datanglah rombongan suku Asy`ariah (diantaranya adalah Abu Musa
Al-Asy`ari) yang berasal dari Zabid ke Madinah Al-Munawwaroh untuk
memeluk agama Islam dan mempelajari ajaran-ajarannya. Karena begitu
senangnya atas kedatangan mereka Nabi Muhammad SAW. berdoa memohon
semoga Allah SWT. memberkahi kota Zabid dan Nabi mengulangi doanya
sampai tiga kali (HR. Al-Baihaqi). Dan berkat barokah doa Nabi, hingga
saat ini, nuansa tradisi keilmuan di Zabid masih bisa dirasakan. Hal ini
karena generasi ulama di kota ini sangat gigih menjaga tradisi khazanah
keilmuan islam.
Masa Kecil Ibn Diba`
Beliau
diasuh oleh kakek dari ibunya yang bernama Syekh Syarafuddin bin
Muhammad Mubariz yang juga seorang ulama besar yang tersohor di kota
Zabid saat itu, hal itu dikarenakan sewaktu beliau lahir, ayahnya sedang
bepergian, setelah beberapa tahun kemudian baru terdengar kabar, bahwa
ayahnya meninggal didaratan India. Dengan bimbingan sang kakek dan para
ulama kota Zabid ad-Diba’i tumbuh dewasa serta dibekali berbagai
disiplin ilmu pengetahuan. Diantara ilmu yang dipelajari beliau adalah:
ilmu Qiroat dengan mengaji Nadzom (bait) Syatibiyah dan juga mempelajari
Ilmu Bahasa (gramatika), Matematika, Faroidl, Fikih.
Pada
tahun 885 H. beliau berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji
yang kedua kalinya. Sepulang dari Makkah Ibn Diba` kembali lagi ke
Zabid. Beliau mengkaji ilmu Hadis dengan membaca Shohih Bukhori, Muslim,
Tirmidzi, Al-Muwattho` dibawah bimbingan syekh Zainuddin Ahmad bin
Ahmad As-Syarjiy. Ditengah-tengah sibuknya belajar hadis, Ibn Diba’
menyempatkan diri untuk mengarang kitab Ghoyatul Mathlub yang membahas
tentang kiat-kiat bagi umat muslim agar mendapat ampunan dari Allah SWT.
Pelajaran penting dari ad-diba’i
Ibn
Diba’ mempunyai kebiasaan untuk membaca surat Al-fatihah dan
menganjurkan kepada murid-murid dan orang sekitarnya untuk sering
membaca surat Al-fatihah. Sehingga setiap orang yang datang menemui
beliau harus membaca Fatihah sebelum mereka pulang. Hal ini tidak lain
karena beliau pernah mendengar salah seorang gurunya pernah bermimpi
bahwa hari kiamat telah datang lalu dia mendengar suara “ wahai orang
Yaman masuklah ke surga Allah” lalu orang –orang bertanya “kenapa
orang-orang Yaman bisa masuk surga ?” kemudian dijawab, karena mereka
sering membaca surat Al-fatihah.
Karya ad-diba’i
Ibn
Diba` termasuk ulama yang produktif dalam menulis. Hal ini terbukti
beliau mempunyai banyak karangan baik dibidang hadis ataupun sejarah.
Karyanya yang paling dikenal adalah syair-syair sanjungan (madah) atas
Nabi Muhammad SAW. yang terkenal dengan sebutan Maulid Diba`i, Meskipun
ada yang menisbatkan Maulid ini kepada Ibn jauzi, hanya saja pendapat
ini sangat lemah.
Diantara buah karyanya yang
lain : Qurrotul `Uyun yang membahas tentang seputar Yaman, kitab Mi`roj,
Taisiirul Usul, Bughyatul Mustafid dan beberapa bait syair. Beliau
mengabdikan dirinya hinga akhir hayatnya sebagai pengajar dan pengarang
kitab. Ibn Diba’I wafat di kota Zabid pada pagi hari Jumat tanggal 26
Rojab 944 H dan pengarang kitab. Ibn Diba’I wafat di kota Zabid pada
pagi hari Jumat tanggal 26 Rojab 944 H
Komentar
Posting Komentar